Perawatan Luka Kronis Dengan Modern Dressing
A. PENGERTIAN LUKA
Luka didefinisikan sebagai terputusnya kontinuitas jaringan akibat cedera atau pembedahan. Luka dapat diklasifikasikan berdasarkan struktur anatomi, sifat, proses penyembuhan, dan durasi penyembuhannya. Tergantung pada sifatnya, luka termasuk lecet, memar, luka sayat, laserasi, luka terbuka, luka tembus, luka tusuk, dan luka septik. Klasifikasi menurut struktur lapisan kulit: dangkal, termasuk epidermis; ketebalan parsial, termasuk epidermis dan dermis; dan ketebalan penuh, termasuk epidermis, dermis, lapisan lemak, fasia, dan bahkan tulang. Berdasarkan proses penyembuhannya, mereka diklasifikasikan ke dalam tiga kategori:
- Penyembuhan primer (healing by primary intention)Tepi luka menyatu kembali, permukaannya bersih dan tidak ada jaringan yang hilang. Biasanya terjadi setelah sayatan. Penyembuhan luka terjadi dari dalam ke luar.
- Penyembuhan sekunder (healing by secondary intention)
Beberapa jaringan hilang, dan proses penyembuhan dimulai dengan pembentukan jaringan granulasi di sekitar dasar luka. - Delayed primary healing (tertiary healing)
Luka sembuh dengan lambat dan sering kali terinfeksi, sehingga membutuhkan penutupan luka secara manual. Luka dibagi menjadi luka akut dan kronis menurut waktu penyembuhannya. Jika luka sembuh dalam waktu 2-3 minggu, maka disebut luka akut. Luka kronis adalah luka yang tidak menunjukkan tanda-tanda penyembuhan selama lebih dari 4-6 minggu. Jika luka sembuh sesuai dengan proses penyembuhan normal, maka diklasifikasikan sebagai luka akut, sedangkan jika penyembuhannya tertunda atau terdapat tanda-tanda infeksi, maka dapat disebut sebagai luka kronis.
B. PROSES PENYEMBUHAN LUKA
a) Fase inflamasi:
- Hari ke-0 sampai 5.
- Respons segera setelah terjadi injuri berupa pembekuan darah untuk mencegah kehilangan darah.
- Karakteristik: tumor, rubor, dolor, color, functio laesa
- Fase awal terjadi hemostasis.
- Fase akhir terjadi fagositosis.
- Lama fase ini bisa singkat jika tidak terjadi infeksi.
b) Fase proliferasi atau epitelisas
- Hari ke-3 sampai 14
Disebut juga fase granulasi karena adanya pembentukan jaringan granulasi; luka tampak merah segar, mengkilat. - Jaringan granulasi terdiri dari kombinasi: fibroblas, sel inflamasi, pembuluh darah baru, fibronektin, dan asam hialuronat.
- Epitelisasi terjadi pada 24 jam pertama ditandai dengan penebalan lapisan epidermis pada tepian luka.
- Epitelisasi terjadi pada 48 jam pertama pada luka insisi.
c) Fase maturasi atau remodelling
- Berlangsung dari beberapa minggu sampai 2 tahun.
- Terbentuk kolagen baru yang mengubah bentuk luka serta peningkatan kekuatan jaringan (tensile strength).
- Terbentuk jaringan parut (scar tissue) 50-80% sama kuatnya dengan jaringan sebelumnya.
- Pengurangan bertahap aktivitas seluler and vaskulerisasi jaringan yang mengalami perbaikan.
C. FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PROSES PENYEMBUHAN LUKA
- Status imunologi atau kekebalan tubuh: Penyembuhan luka adalah proses biologis yang kompleks yang terdiri dari serangkaian peristiwa yang bertujuan untuk memperbaiki jaringan yang rusak. Peran sistem kekebalan tubuh dalam proses ini tidak hanya untuk mengenali dan memerangi antigen neoplastik pada luka, tetapi juga berpartisipasi dalam proses regenerasi sel.
- Kadar gula darah: Peningkatan kadar glukosa darah akibat resistensi insulin, seperti yang terlihat pada penderita diabetes, juga berarti bahwa nutrisi tidak diangkut ke dalam sel, yang mengakibatkan penurunan protein dan kalori dalam tubuh.
- Rehidrasi dan pencucian luka: Dengan melakukan rehidrasi dan pembersihan luka maka jumlah bakteri pada luka akan meningkat, akibatnya jumlah eksudat bakteri akan berkurang.
- Nutrisi: Peran nutrisi dalam penyembuhan luka sangat penting. Sebagai contoh, vitamin C sangat penting untuk sintesis kolagen, vitamin A meningkatkan epitelisasi sel dan seng diperlukan untuk proliferasi dan mitosis sel. Lansia membutuhkan semua nutrisi, termasuk protein, karbohidrat, lipid, vitamin dan mineral. Malnutrisi dikaitkan dengan berbagai perubahan metabolik yang mempengaruhi penyembuhan luka. Kadar albumin darah: albumin berguna dalam pencegahan oedema dan berperan besar dalam menentukan tekanan onkotik plasma. Kadar albumin yang ditargetkan untuk penyembuhan luka adalah 3,5-5,5 g/dl.
- Suplai oksigen dan vaskulerisasi: Oksigen adalah prasyarat untuk proses perbaikan seperti proliferasi sel, pertahanan bakteri, angiogenesis, dan sintesis kolagen. Penyembuhan luka terganggu ketika terjadi hipoksia jaringan.
- Nyeri: Rasa nyeri merupakan salah satu pencetus peningkatan hormon glukokortikoid yang menghambat proses penyembuhan luka.
- Kortikosteroid: Steroid memiliki efek antagonis terhadap faktor-faktor pertumbuhan dan deposisi kolagen dalam penyembuhan luka. Steroid juga menekan sistem kekebalan tubuh/sistem imun yang sangat dibutuhkan dalam penyembuhan luka.
D. CARA PERAWATAN LUKA DENGAN MODERN DRESSING
Semakin banyak metode perawatan luka yang menggunakan prinsip keseimbangan kelembapan dan dikatakan lebih efektif daripada metode tradisional. Perawatan luka yang menggunakan prinsip keseimbangan kelembapan dikenal sebagai metode pembalutan modern. Sampai saat ini, diyakini bahwa luka akan sembuh lebih cepat ketika kering. Namun, pada kenyataannya, lingkungan luka yang lembap mendorong proliferasi sel dan pertumbuhan kolagen dalam matriks non-seluler yang sehat. Pada luka akut, keseimbangan kelembapan mendorong proliferasi sel dan aksi faktor pertumbuhan, sitokin, dan kemokin yang menstabilkan matriks jaringan luka. Oleh karena itu, luka harus dijaga agar tetap lembab. Lingkungan yang terlalu lembab menyebabkan maserasi pada tepi luka, sementara pembasahan yang berlebihan menyebabkan kematian sel dan perpindahan jaringan epitel dan matriks. Perawatan luka modern melibatkan tiga langkah: pembersihan luka, pengangkatan jaringan mati, dan pemilihan bahan pembalut. Tujuan dari pembersihan luka adalah untuk mengurangi jumlah bakteri, menghilangkan residu pembalut lama, menghancurkan jaringan nekrotik dan menghilangkan jaringan dan sel mati dari permukaan luka. Sementara perawatan luka tradisional membutuhkan penggantian balutan yang sering, perawatan luka modern didasarkan pada menjaga kelembapan luka dengan menggunakan bahan seperti hidrogel. Hidrogel menciptakan lingkungan luka yang lembap, melembutkan dan memecah jaringan nekrotik tanpa merusak jaringan yang sehat, dan jaringan nekrotik yang terserap ke dalam struktur gel dihilangkan oleh bahan pembalut (autolisis spontan). Bahan pembalut dapat digunakan selama 3-5 hari, dengan trauma dan rasa sakit yang minimal selama penggantian balutan. Pembalut modern termasuk kalsium alginat, di mana kalsium membantu hemostasis. Hidroselulosa menyerap kelembapan dua kali lebih banyak daripada kalsium alginat. Selain itu, hidrokoloid melindungi dari kelembapan dan kontaminasi bakteri dan dapat digunakan sebagai pembalut primer dan sekunder. Pembalut modern disesuaikan dengan jenis luka. Pembalut higroskopis seperti busa dipilih untuk luka dengan tingkat eksudat yang tinggi, sementara gel digunakan untuk menciptakan suasana lembab yang mendorong penyembuhan luka pada luka yang granulasi sudah mulai tumbuh.
E. PENGKAJIAN LUKA
- Status nutrisi pasien: BMI (body mass index), kadar albumin
- Status vaskuler: Hb, TcO2
- Status imunitas: terapi kortikosteroid atau obat-obatan imunosupresan yang lain
- Penyakit yang mendasari: diabetes atau kelainan vaskulerisasi lainnya7
- Kondisi luka:
a. Warna dasar luka
Dasar pengkajian berdasarkan warna: slough (yellow), necrotic tissue (black), infected tissue (green), granulating tissue (red), epithelialising (pink).
b. Lokasi, ukuran, dan kedalaman luka
c. Eksudat dan bau
d. Tanda-tanda infeksi
e. Keadaan kulit sekitar luka: warna dan kelembapan
f. Hasil pemeriksaan laboratorium yang mendukung
F. Berdasarkan kondisi luka dapat di bagai menjadi beberapa metode warna yaitu RYB/res yellow black (merah kuning hitam)
- Luka dasar merah
Tujuan dari perawatan luka berbasis merah adalah untuk mempertahankan lingkungan luka yang lembab, mencegah trauma/pendarahan dan mencegah eksudat. - Luka dasar kuning
Tujuan dari perawatan ini adalah untuk memperbaiki sistem debridemen autodigestif sehingga luka tidak menjadi merah, mengontrol eksudat, menghilangkan bau, dan mengurangi/ menghindari terjadinya infeksi. - Luka dasar hitam
Tujuan perawatannya sama dengan luka dasar kuning: mengangkat jaringan mati, baik dengan debridemen autodigesti atau pembedahan.